
Performanya membuat ia dikontrak profesional oleh Dunfermline. Pada musim pertamanya, Ferguson berhasil mencapai final Piala Skotlandia melawan Glasgow Celtic namun kalah 3-2. Ferguson tidak tampil di final karena tampil buruk ketika melawan St. Jonstone pada laga sebelumnya. Di musim keduanya, ia berhasil menjadi pencetak gol terbanyak Liga Skotlandia dengan 31 gol. Prestasi ini akhirnya membuat Ferguson dikontrak oleh klub impiannya, Glasgow Rangers.
Masa-masanya di Rangers ternyata tidak menyenangkan. Ia sering dicadangkan dan berlatih dengan tim junior. Hal ini membuatnya tidak betah dan hanya bertahan 2 musim bersama Rangers. Ia kemudian ditawari pindah oleh klub Inggris, Nottingham Forest. Akan tetapi istrinya, Cathie tidak menyetujui kepindahan mereka ke Inggris. Ia lalu pindah ke klub Falkirk. Ferguson dipromosikan sebagai pelatih merangkap pemain. Namun tak lama kemudian jabatannya digantikan oleh John Prentice. Ferguson kemudian memilih untuk pindah ke Ayr United dimana ia bermain disana sampai pensiun sebagai pemain pada 1974. Sebagai pemain, Ferguson telah mencetak total 170 gol dalam 317 pertandingan.
Pada Juni 1974, sesaat setelah ia pensiun sebagai pemain, Ferguson ditunjuk sebagai manajer paruh waktu untuk East Stirlingshire pada usia 32 tahun. Kariernya di East Stirlingshire hanya bertahan sebentar karena pada Oktober 1974, ia menerima pinangan St. Mirren untuk menjadi manajer
Kariernya di St. Mirren sangat gemilang. Selama 4 musim menangani klub tersebut, Ferguson mengangkat klub kecil itu menjadi juara Liga Skotlandia pada musim 1977 dengan permainan menyerangnya. Selain itu, ia berjasa dalam menemukan bakat-bakat muda dalam diri Billy Stark, Tony Fitzpatrick, Bobby Reid dan Peter Weir. Kesuksesan Ferguson di St. Mirren berujung pada pemecatan pada tahun 1978 karena konflik internal antara Ferguson dengan staffnya. Presiden klub St. Mirren bahkan mengatakan bahwa Ferguson "tidak mempunyai kemampuan manajerial yang baik". St. Mirren adalah klub satu-satunya yang pernah memecat Ferguson sepanjang karier manajerialnya.
Ferguson lalu menjadi manajer Aberdeen menggantikan Billy McNeil. Ia diharapkan mengembalikan masa kejayaan klub yang menjuarai Liga Skotlandia terakhir pada 1955. Namun karena pengalaman Ferguson yang masih sedikit, ia sulit meraih respek dari pemain yang beberapa diantaranya lebih tua dari manajer mereka sendiri. Pada musim debutnya, Aberdeen meraih peringkat ke 4 walaupun tidak pernah kalah sebelum Desember 1978. Fergie juga membawa Aberdeen ke semifinal Piala Skotlandia dan Piala Liga Skotlandia. Pada musim berikutnya, Aberdeen kembali kalah dalam final ajang Piala Liga Skotlandia. Setelah pertandingan final itu, performa Aberdeen meningkat dan mereka menjadi juara Liga Skotlandia pada akhir musim 1979/80. Hal ini membuat Ferguson mendapatkan kepercayaan dan respek dari para pemain dan direktur klub. Ia tetap menjadi manajer yang penuh disiplin sehingga pemain-pemainnya menjulukinya "Fergie yang Galak".
Pada musim yang sama, Ferguson yang merupakan salah satu staf pelatih di tim nasional Skotlandia di ajang Piala Dunia 1986 ditunjuk menjadi pelatih utama karena meninggalnya pelatih utama mereka, Jock Stein. Ia kemudian menunjuk Archie Knox menjadi asisten manajer yang juga asistennya di Aberdeen. Karena jasanya di Aberdeen, Ferguson kemudian diusulkan untuk menjadi salah satu direktur di klub tersebut, namun ia menolaknya karena ia berniat untuk pindah dari Aberdeen pada akhir musim 1985/86. Walaupun ia tetap bersama Aberdeen pada awal musim 1986/87, namun pada November 1986, Ferguson akhirnya menerima pinangan Manchester United untuk menjadi manajer mereka menggantikan Ron Atkinson.
Awal karirnya di MU tidak semulus yang ia kira. Saat itu MU terbelit masalah alkohol yang kritis. Beberapa pemain andalan mereka mempunyai hobi minum minuman keras. Ferguson, bersama dengan Archie Knox yang ditunjuk menjadi asisten manajer saat itu, secara perlahan mengubah kebiasaan itu dan menanamkan disiplin ketat bagi para pemain, hal yang masih berlaku sampai saat ini di MU.
Musim 89/90, Ferguson mendatangkan pemain baru Paul Ince, Mike Phelan, Neil Webb dan bek Gary Pallister. Di awal musim, United berhadapan dengan Arsenal dimana MU berhasil menang namun performa United menurun. Spanduk yang meminta Fergie untuk mundur mulai bermunculan di Old Trafford. Fergie sendiri menggambarkan bulan Desember 1989 adalah "masa-masa tergelap selama kariernya dalam dunia sepak bola" dimana United manjadi salah satu calon klub yang akan mengalami degradasi dari Liga Inggris. Dewan direktur klub tetap mempercayai Fergie sebagai manajer. Mereka bisa mentoleransi penampilan buruk klub karena beberapa pemain kunci cedera dan mereka juga puas atas peran serta Ferguson yang mengubah sistim pelatihan dan pencarian bakat di United. Kepercayaan dewan direksi klub dijawab Ferguson dengan kemenangan 1-0 pada final replay Piala FA melawan Crystal Palace yang saat itu diperkuat oleh Ian Wright. Raihan trofi ini adalah yang pertama untuk Fergie selama menangani United.
Musim 94/95 merupakan ujian berat bagi Fergie, karena Cantona harus absen selama 8 bulan karena menendang seorang suporter Crystal Palace di Selhurst Park, kandang Palace. Untuk mengisi posisi Cantona, maka United mendatangkan Andy Cole dari Newcastle United. Selain itu, musim itu juga menjadi musim debut para pemain muda dari skuat 1992 yaitu Paul Scholes, Gary Neville, Nicky Butt dan David Beckham setelah sebelumnya Ryan Giggs mendapat tempat reguler dalam tim inti United. Namun United gagal mempertahankan gelar juara setelah imbang 1-1 melawan West Ham United pada pertandingan terakhir musim itu.

Pada musim 99/00, dominasi United bersama Fergie semakin terlihat di klasemen akhir Liga Inggris, dimana MU unggul jauh atas rival mereka dengan 18 poin. Pada Desember 1999, MU meraih trofi Piala Toyota mereka yang pertama dalam sejarah klub dengan mengalahkan Palmeiras di final. Giggs keluar sebagai pemain United pertama yang meraih gelar pemain terbaik pada ajang ini. Kemampuan Fergie dalam mengembangkan United sebagai merek global turut mendongkrak performa klub pada ajang kompetisi yang membuat United menjadi magnet bagi pesepakbola di dunia untuk bergabung di Old Trafford.
Pada awal musim 01/02, keseimbangan skuat Fergie terganggu karena penjualan kontroversial Jaap Stam ke Lazio. Posisi Stam di lini belakang MU tidak mampu ditutupi oleh bek United lainnya dan keputusan ini pun disesali oleh Ferguson yang kerepotan mencari suksesornya. Performa United turun tajam dengan menempati peringkat 9 pada paruh musim. Performa United meningkat dengan bergabungnya Laurent Blanc dari Inter Milan yang saat itu berusia 36 tahun dan United pun menang dalam 8 laga Liga sehingga melaju ke peringkat atas Klasemen Liga. Namun hasil tersebut hanya bisa membawa United berakhir di peringkat 3 klasemen. Musim ini seharusnya menjadi musim terakhir Fergie menangani United karena faktor usia dan penurunan prestasi. Namun Fergie membatalkan niatnya dan tetap menangani United untuk 3 tahun ke depan.
Awal musim 06/07 menjadi suatu ujian bagi Fergie. 2 orang pemain utamanya Cristiano Ronaldo dan Wayne Rooney terlibat perselisihan pada ajang Piala Dunia 2006. Insiden itu membuat rumor soal kepergian Ronaldo dari United makin membesar. Namun Fergie berhasil membujuknya agar bertahan di United dan mendamaikan kedua orang itu. Keberhasilan Fergie meredam emosi keduanya menjadi bahan bakar utama skuat United dalam menjalani awal musim baru. Awal musim berlangsung baik bagi United yang untuk pertama kalinya memenangkan 4 pertandingan liga secara beruntun. Pada akhir musim United mengamankan gelar juara Liga Inggris. Pada ajang Eropa, Fergie mengantarkan United mencapai semifinal dengan mencetak rekor kemenangan atas AS Roma 7-1 pada laga perempat final di Old Trafford. Pada laga semifinal United kalah dari AC Milan dengan agregat 3-5 setelah unggul 3-2 di Old Trafford. Walaupun begitu hasil ini merupakan tanda kebangkitan dari Setan Merah.
Awal musim 07/08, Fergie mendatangkan pemain untuk memperkuat skuatnya yaitu gelandang bertahan Owen Hargreaves, sayap serba bisa Nani, gelandang serang Anderson dan striker Carlos Tevez. Dengan kedalaman skuatnya, Fergie mengincar pencapaian gelar Eropa kedua bersama Setan Merah. Tapi harapan Fergie sepertinya akan terbang seiring dengan performa dibawah standar United yang hanya meraih hasil imbang dalam 2 laga awal serta kalah dari rival sekota Manchester City. Namun Fergie berhasil memotivasi skuatnya dan United pun menjadi kompetitor dalam meraih gelar juara Liga Inggris bersama Arsenal dan Chelsea. Musim ini juga merupakan musim terbaik dari Cristiano Ronaldo yang berhasil mencetak 42 gol dalam semua ajang yang diikuti oleh United, meraih trofi Sepatu Emas sebagai top-scorer Eropa, top-scorer Liga Inggris (35 gol) dan menjadi kandidat Pemain Terbaik Dunia FIFA. Pada akhir musim, Fergie kembali tampil di Final Liga Champion berhadapan dengan Chelsea, Ronaldo membawa United unggul 1-0 pada babak pertama sebelum disamakan oleh Chelsea pada babak kedua. Lewat drama adu pinalti, Fergie sukses memenangkan gelar Liga Champion keduanya sepanjang kariernya sebagai manajer. Fergie juga berhasil membawa United meraih trofi Piala Dunia Antarklub yang pertama bagi United.
Musim berikutnya, Fergie kembali meraih trofi juara Liga Inggirs untuk ke 11 kalinya dan mengantar United menyamai rekor Liverpool yang telah menjuarai Liga Inggris 18 kali. Akhir musim 08/09, juga menjadi musim terakhir bagi Cristiano Ronaldo yang pindah ke Real Madrid dengan rekor transfer dunia saat itu, £80 juta. Musim 2009/10 menghadirkan kekecewaan bagi Fergie dimana ia gagal mempertahankan gelar juara Liga Inggris dan melewati raihan trofi Liverpool.

No comments :
Post a Comment